A.
Pengertian Penanggalan Yahudi
Kalender
yahudi atau kalender ibrani merupakan kalender resmi bangsa israel yang
digunakan untuk penentuan prosesi keagamaan etnis yahudi yang tersebar di
seluruh dunia. Pada awalnya, kalender yahudi merupakan kalender yang
murnimenggunakan Sistem lunar kalender. Namun, karena selalu terjadi
ketidak-cocokan dengan musim, maka kemudian diberikan bulan sisipan pada setiap
tahun ke 3.
B.
Sejarah Penanggalan Yahudi
Sejarah jejak kalender Yahudi dimulai sejak milenium kedua SM. Pada saat ini, sebuah
kalender luni-solar tampaknya telah digunakan sudah, di mana keputusan
intercalating bulan dibuat berdasarkan pengamatan. Hanya empat bulan yang
memiliki nama-nama (Abib, Ziv, Bul, Ethanim), sedangkan bulan-bulan lain hanya
diberi nomor saja. Pada tahun 587 SM, Yerusalem dihancurkan oleh raja Babel
Nebukadnezar II dan banyak orang Yahudi dideportasi ke Mesopotamia sehingga
nama bulan sangat dipengaruhi oleh nama bulan Babilonia. Bulan Yahudi kembali
dipakai setelah Kyros raja Persia mengalahkan Kekaisaran Babilonia, orang-orang
Yahudi diizinkan kembali ke Yerusalem. Ini adalah periode yang dikenal sebagai
zaman Bait Suci Kedua (538 SM sampai 70 Masehi).[1]
Tidak hanya interkalasi, tetapi juga setiap awal
bulan ditentukan oleh pengamatan. Sebuah dewan kalender berkumpul pada 30 hari
setiap bulan dan saksi berkonsultasi, yang harus melaporkan visibilitas Bulan
sabit itu. Seandainya bulan sabit telah terlihat, hari yang sebenarnya itu
dinyatakan sebagai hari pertama bulan baru. Jika tidak, bulan baru dimulai
hanya dengan hari berikutnya. Keputusan itu diterbitkan dan dikirim ke semua
masyarakat dengan sinyal api. Tapi, menurut sebuah catatan dari abad kedua
Masehi, orang Samaria memberikan sinyal palsu sehingga menyebabkan banyak orang Yahudi mengalami
kesalahan. Oleh karena itu keputusan awal bulan baru ini dibawa ke masyarakat oleh
utusan, tetapi dengan banyaknya komunitas Yahudi yang terlalu jauh menyebabkan
waktu dan tanggal yang sebenarnya menjadi tidak pasti. Oleh karena itu, orang Yahudi merayakan semua
hari-hari raya pada dua hari berturut-turut.
Negara Yahudi merdeka lagi di 140 SM, dan pada
akhir abad ini kerajaan Yahudi telah berevolusi. Segera takhta ditentang
memberikan kemungkinan Roma untuk terlibat. Pada 63 SM, Palestina diduduki oleh
kelompok-kelompok Romawi yang dipimpin oleh Pompeius. Negara Yahudi itu tetap
merdeka, namun harus mematuhi perintah Romawi. Sanhedrin diciptakan, yang
menjadi otoritas tertinggi mengenai masalah negara Yahudi, termasuk penentuan
kalender, yang berbasis observasi.[2]
Setelah perang antara penduduk Yunani dan Yahudi
di Palestina, skala-penuh pemberontakan Yahudi yang dikembangkan pada tahun 66
M. Bangsa Romawi mengirim Vespasianus untuk menekan pemberontakan. Setelah kematian Nero perang saudara pecah di
Kekaisaran Romawi sendiri, yang Vespasianus bisa menang, menjadi kaisar di 69
M. Putra Vespasianus, Titus, mengambil alih memimpin dari kelompok-kelompok
Romawi di Palestina. Akhirnya, Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan pada tahun
70 Masehi.
Sanhedrin diciptakan kembali pada akhir abad
pertama Masehi dan dipimpin oleh bapa bangsa. Dengan Yahudi sekarang memiliki
masyarakat hampir di seluruh dunia sehingga kemudian skema reguler untuk
kalender menjadi perlu. Pemberontakan
yang dipimpin oleh Bar-Kokhba (132 M) dan penganiayaan terhadap orang Yahudi
mencapai intensitas yang membuatnya hampir mustahil untuk mengkomunikasikan
awal bulan dan tahun. Sekarang, aturan komputasi tentang kalender sedang
didirikan, dan pada abad keempat Masehi bulan ditentukan oleh perhitungan,
laporan saksi setelah menjadi formalitas belaka. Ada beberapa oposisi terhadap
praktek ini dalam Sanhedrin, dan Yahudi di Babel dan Alexandria diberitahu
untuk terus merayakan hari-hari raya pada dua hari, yang dilakukan oleh orang
Yahudi di diaspora sampai sekarang.
Ketika Constantine menjadi
kaisar Romawi, secara de facto agama Kristen menjadi agama resmi di kekaisaran.
Hal itu membuat Bangsa Yahudi dilarang untuk menjalankan agama Yahudi sama
sekali, termasuk untuk melakukan perhitungan sehubungan dengan kalender
Yahudi. Hal ini menyebabkan, pada tahun
359 M, patriarch Hillel II menerbitkan aturan untuk menghitung kalender secara
terdembunyi. tahun kabisat tahun 19-Siklus adalah tetap untuk menyajikan
urutan, sedangkan era dan beberapa aturan untuk menentukan Tahun Baru
ditetapkan hanya sampai 10. Era yang digunakan sampai abad ke-11 adalah era
Dinasti Seleukus, mulai tahun 312 SM, sedangkan dari tanggal 10 sampai abad
ke-16, era Penciptaan Yahudi mulai dipakai, yang dimulai pada 3761 SM.
C.
Perhitungan Awal Tahun
Awal
tahun ditentukan oleh perhitungan siklik berdasarkan bulan lunar serta tahun
tropis. Gabungan dari matahari dan bulan (atau bulan baru, dalam bahasa Ibrani:
Molad) perbaikan awal bulan. The Molad bulan Tishri (Molad Tishri) bersama
dengan beberapa peraturan tambahan menentukan Hari Tahun Baru (Rosh Ha-Shanah).
Dalam sitem penaggalan
yahudi yang dikenal dengan sebutan kaender Ibrani, hari dimulai sejak
terbenamnya matahari. Jadi hari senin pukul 19.00 dalam kalender masehi berarti
hari selasa dalam kalender ibrani. Dengan demikian pada musim dingin jam malam
akan menjadi lebih panjang dibandingkan dengan siang hari pada musim yang sama
dan begitu pula sebaliknya. Selain itu bulan baru ditandai dengan menculnya
bulan sabit atau dalam istilah Islam dikenal dengan Hilal.
Menurut kepercayaan yahudi, awal tahun dihitung
sejak penciotaan dunia yang diperkirakan terjadi pada 3.761 tahun sebelum
kelahiran kristus.
Nama- nama bulan dalam sistem penanggalan Yahudi
adalah sebagai berikut :
Bulan Lama Gregorian / internasional
Nissan 30 hari Maret-April
Iyar 29 hari April-Mei
Sivan 30 hari Mei-Juni
Tammuz 29 hari Juni-Juli
Av 30 hari Juli-Agustus
Elul 29 hari Agustus-September
Tishri 30 hari September-Oktober
Heshvan 29 / 30 hari Oktober-November
Kislev 30 / 29 hari November-Desember
Tevet 29 hari Desember-Januari
Shevat 30 hari January-February
Adar 29 / 30 hari Februari-Maret
Adar II 29 hari Maret-April
Di tahun kabisat Adar punya
30 hari.
Tahun baru dimulai Nissan.
Pada dasarnya kalender
yahudi adalah murni kalender Lunar. Namun akibat sering terjadi ketidak cocokan
dengan musim sehingga kemudian diberikan bulan sisipan pada setiap tahun
ketiga.
Dalam sistem penanggalan
Yahudi dikenal ada tiga jenis tahun yaitu tahun pendek, normal dan lengkap yang terjadi dalam siklus 19 tahun di tahun 3, 6, 8, 11,
14, 17, dan 19. Dalam tahun (kabisat) embolis, satu bulan ekstra
29 hari, "Veadar" atau "Adar II", akan ditambahkan ke akhir
tahun setelah bulan "Adar", yang ditunjuk "Adar I" di
tahun-tahun tersebut. Selanjutnya, tahun mungkin kekurangan,
teratur, atau lengkap, masing-masing memiliki 353, 354, atau 355
hari dalam setahun umum dan 383, 384, atau 385 hari dalam tahun
embolis. Hari didefinisikan sebagai dimulai saat matahari terbenam, dan
kalender dimulai saat matahari terbenam malam sebelum hari Senin, 7 Oktober
3761 sm dalam kalender Julian, atau Julian 347.995,5 hari. Hari
diberi nomor dengan Minggu sebagai hari
pertama hingga Sabtu sebagai hari ke 7.
Panjang rata-rata per bulan adalah 29.530594 hari, sangat
dekat dengan bulan synodic mean (waktu dari Bulan baru ke Bulan baru
berikutnya) dari 29,530588 hari. Itulah akurasi yang lebih dari 13.800
tahun berlalu sebelum perbedaan hari antara rata-rata perhitungan kalender dari
awal bulan dan waktu rata-rata Bulan baru. Penyelarasan dengan tahun matahari
lebih baik daripada kalender Julian, namun lebih rendah ke
Gregorian. Panjang rata-rata satu tahun adalah 365.2468 hari dibandingkan
dengan tahun matahari tropis aktual (waktu dari ekuinoks untuk equinox) dari
365,24219 hari, sehingga kalender menumpuk satu hari kesalahan sehubungan
dengan tahun matahari setiap 216 tahun.
Agama dan Umat Yahudi merayakan Tahun Baru
mereka tidak pada hari ke-1 bulan ke-1 Kalender Ibrani (bulan Nisan), tetapi
pada hari ke-1 bulan ke-7 Kalendar Ibrani (bulan Tishrei). Umat
Yahudi menyebut Perayaan Tahun Baru mereka dengan nama Rosh Hashanah, yang
berarti “Kepala Tahun”.
Rosh Hashanah ini digunakan oleh umat Yahudi untuk memperingati penciptaan dunia
seperti yang ditulis dalam kitab mereka. Mereka merayakannya dengan
cara berdoa di sinagog, mendengar bunyi shofar (tanduk).
Menyediakan makanan pesta berupa roti challah yang bundar dan apel
yang dicelupkan ke dalam madu, juga kepala ikan dan buahdelima. Buah-buahan baru
disajikan pada malam kedua. Pada Perayaan Tahun Baru ini mereka beristirahat
dari aktivitas kerja.
Jika memakai kalender Gregorian (Kalender
Masehi), Tahun Baru Yahudi ini dirayakan pada bulan September. Misalnya tahun
2008 M Rosh Hashanah jatuh pada 29 September 2008. Tanggal itu
ekivalen dengan tanggal 1 Tishrei 5769 AM (Anno Mundi). Anno
Mundi adalah bahasa latin yang artinya “dalam hitungan tahun dunia”,
disingkat A.M. karena orang Yahudi menganggap kalender mereka dimulai
dari tanggal kelahiran Adam. Menurut perhitungan Kalender Ibrani, tanggal
1 bulan Tishrei tahun ke-1 AM adalah ekivalen dengan hari Senin, tanggal 7
Oktober tahun 3761 SM dalam Kalender Julian (Kalender Romawi
Kuno).
Ketika Panglima Pompey dari Kekaisaran Romawi Kuno menguasai
Yerusalem pada tahun 63 SM, orang-orang Yahudi mulai mengikuti Kalender Julian
(Kalender Bangsa Romawi yang menjajahnya). Dan setelah berdiri negara Israel
pada tahun 1948 M, mulai tahun 1950an M Kalender Ibrani menurun penggunaannya
dalam kehidupan bangsa Yahudi sekuler. Mereka lebih menyukai
Kalender Gregorian untuk kehidupan pribadi dan kehidupan publik
mereka. Dan sejak tahun 1980an, bangsa Yahudi sekuler justru mengadopsi
kebiasaan Perayaan Tahun Baru Gregorian (Tahun Baru Masehi) yang biasanya
dikenal dengan sebutan ”Sylvester Night” dengan berpesta pada malam 31 Desember
hingga 1 Januari.
Kalender
Yahudi. Umat Yahudi menggunakan kalender Anno Mundi (Tahun Dunia) yang memulai
perhitungan tahun sejak 3760 SM, tahun penciptaan langit dan bumi (Genesis)
menurut keyakinan umat Yahudi. Tahun baru (rosh ha-shanah = “kepala tahun”)
terjadi pada awal musim gugur (September atau Oktober). Sama dengan kalender
Hijriyah, awal bulan ditandai oleh munculnya hilal.
D.
Penghitungan Tanggal Paskah
Hari Raya terpenting bagi umat Yahudi adalah Pesakh atau
Paskah (artinya “lewat; bebas”), yaitu tanggal 14 Nisan, hari pembebasan Bani
Israil yang dipimpin Nabi Musa a.s. dari perbudakan Fir`aun di Mesir selama
ratusan tahun. Pada hari Paskah 14 Nisan, yang jatuh pada tanggal 30 Maret
2010, umat Yahudi dianjurkan menyembelih hewan qurban berupa domba.
Umat Nasrani juga merayakan Paskah, tetapi dengan makna
yang berbeda, yaitu pembebasan manusia dari dosa. Mereka tidak menyembelih
domba, sebab Nabi Isa al-Masih a.s. mereka anggap sebagai “domba Paskah” yang
sudah dikorbankan. Pada mulanya Paskah umat Nasrani sama dengan umat Yahudi,
yaitu tanggal 14 Nisan. Sejak tahun 325 Masehi, melalui sidang Konsili di Nikea
(Iznik di Turki sekarang), Paskah ditetapkan harus pada hari Minggu sesudah
purnama selepas 21 Maret, agar cocok dengan perayaan Easter Sunday warisan
kepercayaan kafir Romawi purba. Itulah sebabnya Paskah umat Nasrani tahun ini
jatuh pada tanggal 4 April 2010.
Paskah dalam kalender gerejawi sering disebut sebagai
perayaan yang berpindah, artinya perayaannya tidak terpaku pada tanggal
tertentu di dalam kalender Gregorian maupun Julian (yang sama-sama mengikuti
perputaran matahari dan keempat musim) melainkan dihitung menurut kalender
suryacandra seperti kalender Ibrani. Di dalam kalender Gregorian, Paskah selalu
jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April. Untuk negara-negara yang
mengikuti kalender Julian untuk perayaan-perayaan keagamaan, Paskah juga jatuh
pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April , yang dalam kalender Gregorian
adalah 4 April-8 Mei.
Sistem kalender modifikasi dari Kalender Julian. Yang
pertama kali mengusulkannya ialah doktor Aloysius Lilius, dari Napoli, Italia
dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582. Sistem
kalender yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 sebelum Masehi.
Sistem kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama namun juga
menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya. Kalender ini
biasanya ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat beberapa tahun sekali
ataupun berturut-turut. Dengan demikian, jumlah bulan dalam satu tahun dapat
mencapai 12 sampai 13 bulan.
Tanggal Paskah yang tepat pernah menjadi pokok
perdebatan. Di dalam Konsili Nicea I pada 325 diputuskan bahwa seluruh umat
Kristen akan merayakan Paskah pada hari yang sama, yang akan dihitung secara
berbeda dari perhitungan umat Yahudi untuk menentukan tanggal Paskah Yahudi.
Karena tidak adanya catatan keputusan konsili yang selamat hingga zaman modern,
ada kemungkinan bahwa konsili tersebut tidak memutuskan cara tertentu untuk
menghitung tanggal Paskah. Metode penghitungan paskah yang berlaku sejak Zaman
Pertengahan adalah Paskah dirayakan pada hari Minggu setelah bulan purnama
pertama Musim semi (vernal equinox). Kalimat tersebut sebenarnya tidak sungguh
sama dengan sistem perhitungan gerejawi. Dalam perhitungan gerejawi,
gereja-gereja Kristen menggunakan 21 Maret sebagai awal tanggal perhitungan
Paskah, dari sana dicari kapan bulan purnama berikutnya, demilian seterusnya.
Bagi gereja-gereja Ortodoks yang masih menggunakan kalender Julian, tanggal
yang digunakan juga 21 Maret, namun dalam kalender Julian, sebagai akibatnya
terdapat perbedaan-perbedaan.
Paskah ditentukan berdasarkan siklus suryacandra. Satu
bulan dalam penanggalan candra (bulan) terdiri dari bulan-bulan sepanjang 30
hari dan 29 hari, berselang-seling, dengan satu bulan tambahan yang ditambahkan
secara berkala agar pas dengan penanggalan surya (matahari). Dalam setiap tahun
surya (1 Januari hingga 31 Desember), bulan candra dimulai dengan sebuah
purnama gerejawi yang jatuh pada periode 29 hari di antara 8 Maret hingga 5
April (inklusif) dan dinamakan "bulan candra Paskah" tahun tersebut.
Paskah adalah hari Minggu ke-3 dalam bulan candra Paskah, atau dengan kata lain
hari Minggu setelah hari ke-14 bulan candra Paskah. Hari ke-14 itu sendiri
dinamakan purnama Paskah, walaupun hari ke-14 pada bulan candra dapat berbeda
dengan purnama astronomis hingga 2 hari lamanya. Karena purnama gerejawi jatuh
pada tanggal 8 Maret hingga 5 April, purnama Paskah atau hari ke-14-nya pasti
jatuh pada tanggal 21 Maret hingga 18 April. Dengan demikian Paskah menurut
kalender Gregorian akan memiliki 35 kemungkinan hari - antara 22 Maret hingga
25 April (inklusif). Terakhir kali Paskah jatuh pada tanggal 22 Maret adalah
pada tahun 1818 dan berikutnya adalah tahun 2285. Terakhir kali Paskah jatuh
pada tanggal 25 April adalah pada 1943 dan berikutnya adalah tahun 2038. Siklus
perputaran tanggal-tanggal Paskah berulang tepat setiap 5.700.000 tahun; 19
April merupakan tanggal Paskah yang tersering, yang terjadi 220.400 kali, atau
3.9%, dibanding dengan median tanggal-tanggal lainnya sebanyak 189.525 kali
atau 3.3%. Paskah menurut kalender Julian seringkali (sekitar 50%) dirayakan 1
minggu setelah kalender Gregorian, karena tidak adanya penyesuaian perhitungan
tanggal seperti yang dilakukan di kalender Gregorian. Namun tidak jarang pula
selisih waktunya hingga 3-4 minggu. Untuk menghindari perbedaan cara
perhintungan Paskah, gereja Katolik telah membuat tabel tanggal Paskah menurut
aturan di atas. Seluruh gereja yang merayakan Paskah sesuai dengan tanggal
tersebut. Hubungan dengan penanggalan Paskah Yahudi Paskah Yahudi juga
menggunakan kalender suryacandra untuk menghitung tanggal perayaan. Minggu
Paskah biasanya jatuh sekitar seminggu setelah hari pertama Paskah Yahudi
(tanggal 15 Nisan pada penanggalan Yahudi). Namun karena perbedaan sistem
penghitungan tanggal suryacandra antara kalender Yahudi dan Gregorian, dalam
siklus 19 tahun Paskah Yahudi jatuhnya satu bulan etelah hari Minggu Paskah, yaitu tahun ke-3,
11, dan 14 dalam siklus 19 tahun kalender Gregorian (atau tahun ke 19, 8, dan
11 berturut-turut pada siklus 19 tahun kalender Karena dalam kalender Yahudi
modern tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada hari Senin, Rabu, atau Jumat,
seder tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada malam Kamis Putih. Seder kedua,
yang diperingati oleh sebagian komunitas Yahudi sebagai malam Paskah (Yahudi)
kedua, dapat jatuh pada Kamis malam. Reformasi penanggalan Paskah Dalam sebuah
kongres Pan-Ortodoks tahun 1923, uskup-uskup Gereja Ortodoks Timur bertemu di
Konstantinopel di bawah kepemimpinan Patriark Meletios IV. Di dalam kongres
tersebut para uskup menyetujui Perubahan kalender Julian. Aslinya, kalender ini
akan dapat menentukan tanggal Paskah berdasarkan perhitungan astronomis yang
berlandaskan meridian Yerusalem. Namun negara-negara yang menggunakan revisi
tersebut hanya menggunakan revisi-revisi hari-hari raya yang memiliki tanggal
tetap pada kalender Julian, revisi rumus perhitungan tanggal Paskah tidak
pernah diterapkan di keuskupan Ortodoks manapun. Pada pertemuan puncak Dewan
Gereja-gereja se-Dunia (DGD) di Aleppo, Suriah pada 1997, DGD mengusulkan reformasi
penghitungan Paskah yang akan mempersatukan kembali kedua sistem yang ada
(Barat/Gregorian dan Timur/Julian) dengan pengetahuan ilmu astronomis modern
yang menghitung equinox musim semi astronomis dan bulan purnama di meridian
Yerusalem, dan juga mengikuti Konsili Nicea I tentang penanggalan Paskah pada
hari Minggu pertama setelah bulan purnama. Perubahan yang diusulkan DGD ini
akan menyelesaikan masalah penanggalan dan menghilangkan perbedaan di antara
gereja-gereja (ritus) Timur dan Barat. Reformasi ini diusulkan mulai digunakan
sejak 2001, namun hingga kini hal tersebut belum digunakan oleh anggota manapun
No comments:
Post a Comment