وَعَلَامَاتٍ ۚ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-bintang Itulah mereka mendapat petunjuk.
(QS An-Nahl :16)
Dahulu kala,
sebelum teknologi manusia semaju saat ini, Manusia selalu belajar untuk
memanfaatkan alam untuk keperluan sehari-harinya. Contohnya dalam hal navigasi,
sebelum manusia mengenal kompas, mereka menggunakan bintang – bintang sebagai
penunjuk arah di malam hari. Bahkan Allah pun berfirman tentang bintang –
bintang yang diciptakan-Nya bukan hanya sebagai penghias langit malam tapi juga
dapat dimanfaatkan sebagai penunjuk arah di kegelapan malam. Namun saat
teknologi sudah maju, alat navigasi yang semakin canggih, tingkat polusi yang
tinggi, dan malam yang yang semakin gemerlap dengan lampu – lampu listrik,
manusia mulai melupakan jasa bintang – bintang di langit. Hingga bintang –
bintang pun mulai enggan menampakkan diri di langit malam. Dan tak ada seorang
pun menyadari di gemerlapnya pencahayan kota, langit tampak sunyi, muram, tanpa
kehadiran sang bintang.
Ok. Enough for
the prologue, tulisan ini bukan diperuntukkan soerang jomblo yang meratapi
kepergian sang bintang (hahahaha), tapi khusus diperuntukkan sang observer yang
menantikan terbitnya sang bintang agar dapat terus “melepas rindu” dengannya
hingga saat ia terbenam (cie cie).
Latar belakang
penulis membuat postingan ini adalah pertanyaan seorang teman dari jurusan Ilmu
Falak, sebut saja ia Udin (nama samaran) : “Mas, saya ingin mengamati pleiades.
Kapan saya bisa mengamatinya?” Ku jawab sekenanya: “waktu untuk mengamatinya ya
pada malam hari. Siang-siang mana mungkin bisa liat bintang?” LOL
Memang benar
bahwa pengamatan bintang dilakukan di malam hari. Namun menariknya adalah waktu
kemunculan bintang di langit malam itu berbeda – beda. Bahkan di bulan – bulan
tertentu, kita bisa saja tidak melihat suatu bintang di waktu malam. Bukan
karena tertutup awan atau mendung. Namun karena memang bintang itu tidak terbit
di waktu malam pada bulan – bulan tertentu. Mungkin itu maksud dari
pertanyaannya si Udin. “di bulan – bulan kapankah saya bisa mengamati Pleiades
di waktu malam?”
Kenapa
di bulan – bulan tertentu suatu bintang tidak terbit di malam hari?
Bintang memang
tidak diam, ia juga bergerak. Yang sering disebutkan di tulisan – tulisan
ringan tentang astronomi, bintang bergerak mengelilingi pusat galaksi tempat ia
berada. Namun karena letaknya yang begitu jauh dari Bumi, pergerakannya
sangatlah kecil. Dan itu bukanlah menjadi penyebab suatu bintang tidak nampak
di waktu malam pada bulan – bulan tertentu.
Lalu
apa sebabnya?
Sebelum
menjawabnya terlebih dahulu kita harus tahu kategori bintang berdasarkan
posisinya dari kutub langit:
Pole
star adalah bintang yang posisinya berada di kutub langit (sumbu rotasi Bumi).
Yang berada di titik zenith (titik atas kepala pengamat) jika dilihat di kutub
Bumi. Bintang kutub utara atau bintang yang berada di titik kutub langit utara
adalah Polaris. Sedangkan bintang kutub selatan atau bintang yang berada
(mendekati ) titik kutub langit selatan adalah Sigma Oct (Polaris Australis).
Jika
kita berada di Semarang atau lokasi lain yang di lintang selatan, maka
selamanya kita tidak dapat melihat Polaris, si bintang kutub utara. Sebaliknya
jika kita berada di lintang utara, Banda Aceh misalnya, maka selamanya kita
tidak dapat melihat Sigma Oct (Polaris Australis), si bintang kutub selatan.
Polaris
tidak akan terbenam di lokasi lintang utara dan Sigma Oct (Polaris Australis)
tidak akan terbenam di lokasi lintang selatan
Circumpolar
star adalah bintang yang selalu terlihat di suatu lokasi di Bumi, ia juga tidak
akan terbenam di lokasi tertentu karena kedekatannya dengan kutub langit.
lalu
apa beda antara Pole star dengan Circumpolar star?
Northern
Pole star atau bintang kutub utara (Polaris) tidak akan terbenam di semua
tempat di lintang utara. Berapapun nilai lintang utara tempat tersebut, bintang
kutub utara tidak akan terbenam di langit tempat tersebut.
Begitu
juga dengan Southern Pole star atau bintang kutub selatan (Sigma Oct) tidak
akan terbenam di semua tempat di lintang selatan. Berapapun nilai lintang
selatan tempat tersebut, bintang kutub selatan tidak akan terbenam di langit
tempat tersebut.
Sedangkan
bintang – bintang yang masuk kategori circumpolar tergantung nilai lintang
tempat. Di London, dengan lintang utara 51o, bintang – bintang yang
masuk kategori circumpolar adalah bintang – bintang yang nilai deklinasinya
lebih besar dari 39o. Di Banda Aceh dengan lintang utara 5o,
bintang – bintang yang masuk kategori circumpolar adalah bintang – bintang yang
nilai deklinasinya lebih besar dari 85o. dengan kata lain untuk
mendapatkan bintang – bintang yang masuk kategori circumpolar di lokasi lintang
utara, menggunakan rumus:
δ
circumpolar > 90 – φ
Adapun
untuk mendapatkan bintang – bintang yang masuk kategori circumpolar di lokasi
lintang selatan, menggunakan rumus:
δ
circumpolar < - (90 – [φ])
Misalnya
di Grisborne, New Zealand, dengan lintang -38 (lintang selatan), bintang –
bintang yang masuk kategori circumpolar adalah bintang – bintang yang nilai
deklinasinya lebih kecil dari -52o (-55o, -60o,
dst). Di Semarang, dengan lintang tempat -7 (lintang selatan), bintang –
bintang yang masuk kategori circumpolar adalah bintang – bintang yang nilai
deklinasinya lebih kecil dari -83o.
Maka dapat
disimpulkan bahwa bintang yang di bulan – bulan tertentu tidak muncul di malam
hari adalah bintang – bintang yang bukan termasuk kategori Pole Star dan
Circumpolar Star.
Lalu
apa sebabnya bintang – bintang yang bukan Pole Star dan Circumpolar Star di
bulan – bulan tertentu tidak muncul di malam hari?
Menurut
penulis, hal tersebut adalah salah satu bukti Bumi berevolusi, yaitu berputar
mengelilingi Matahari. Untuk penjelasan berikutnya perhatikan
gambar berikut:
Sebagai contoh
penjelasan adalah rasi bintang Orion. Pada gambar di atas, rasi bintang Orion
berada di samping Bumi tanggal 21 Desember. Bagian Bumi yang menghadap ke rasi
bintang Orion adalah bagian Bumi yang berwarna biru (malam hari). Dengan kata
lain pada bulan Desember, kita dapat mengamati rasi bintang Orion di malam hari.
Bahkan di bulan Desember kita dapat mengamatinya sesaat setelah Matahari
terbenam. Lain halnya di bulan Juni. Pada gambar di atas, di tanggal 21 Juni,
bagian Bumi yang menghadap Orion adalah bagian yang berwarna Putih (Siang
hari). Maka pada bulan Juni kita akan sulit mengamati Orion. karena
kemunculannya pada siang hari.
Seperti yang
penulis katakan, hal ini adalah bukti bahwa Bumi berevolusi. Jika Bumi tidak berrevolusi
dan berada di titik 21 Desember seperti gambar di atas, maka selamanya kita
akan dapat melihat Orion di malam hari. Dan jika Bumi tidak berrevolusi dan
berada di titik 21 Juni, maka selamanya kita tidak dapat melihat Orion di malam
hari.
Kembali ke
masalah sebab bintang tidak muncul di malam hari, karena Bumi berevolusi maka
nilai bujur Matahari dalam kaedah geosentris berubah – ubah, begitu juga dengan
nilai asensiorekta Matahari. Kita fokuskan pada perubahan nilai asensiorekta
Matahari. Asensiorekta Matahari adalah busur sepanjang lingkaran equator langit
yang dihitung dari titik Aries (vernal equinox) sampai dengan proyeksi Matahari
pada equator langit. perhatikan gambar berikut:
Ada dua hal
menarik yang bisa kita pelajari dari gambar di atas, pertama tentang pendefinisian posisi benda langit pada
lingkaran equator langit (Celestial Equator). Posisi benda langit pada
lingkaran Equator bisa didefinisikan menjadi 3 nilai, yaitu, RA (Right
Ascenstion), Hour Angle (sudut waktu), dan Sidereal Time (Jam bintang). Dan menariknya
ketiga koordinat tersebut seringkali dinyatakan oleh para astronom dengan
satuan waktu (Jam, menit, detik).
RA seperti yang
telah penulis definisikan yaitu busur sepanjang lingkaran equator langit yang
dihitung dari titik Aries (vernal equinox) sampai dengan proyeksi Matahari pada
equator langit. Sedangkan HA adalah busur sepanjang lingkaran equator langit
yang dihitung dari perpotongan lingkaran meridian dengan lingkaran equator
langit sampai dengan proyeksi bintang pada lingkaran equator langit. Kemudian
ST adalah busur sepanjang equator langit yang dihitung dari titik aries sampai
dengan perpotongan lingkaran meridian langit dengan equator langit. Maka kemudian
terdapat hubungan antara ketiga koordinat benda langit tersebut yaitu:
ST = HA + RA
Keterangan :
ST : Sidereal
Time
HA : Hour Angle
RA : Right
Ascension
Lalu
Kenapa ketiga koordinat tersebut sering dinyatakan dengan satuan waktu?
Alasannya
adalah untuk mempermudah mencari waktu saat benda langit di posisi tertentu. Lebih mudahnya penulis berikan contoh: di
suatu tempat, ada 2 bintang yang terlihat: bintang X dan bintang Y. Bintang X
yang memiliki RA: 10j 0m dan sedang berada di meridian
tempat tersebut. Maka bintang Y yang memiliki RA: 14j 0m akan transit, atau melintasi
meridian tempat tersebut 4 jam setelah transitnya
bintang X.
Contoh lain: misal
di Semarang Matahari dengan RA: 19j
0m transit pada pukul 11:37 WIB, maka bintang Alcyone dengan RA: 4j
0m akan transit pada pukul:
11:37 + RA Alcyone
– RA Matahari = 20.37 WIB
Maka titik
permasalahan sebab bintang tidak muncul di malam hari adalah karena selisih
right ascension bintang dengan right ascension Matahari yang terlalu kecil.
Kenapa bawa – bawa right ascension Matahari?? Karena siang dan malam itu “ulah”
Matahari yang terbit dan terbenam. Jika selisih right ascension bintang dan
Matahari kecil, maka waktu terbitnya bintang tidak lama sebelum atau sesudah
terbitnya Matahari dengan kata lain, bintang terbit di waktu pagi dan malamnya
tidak nampak. Selengkapnya lihat tabel selisih Right Ascension (RA) bintang dan
Matahari berikut:
Selisih RA
Bintang dan Matahari
|
Perbandingan
RA bintang - Matahari
|
Waktu terbit
Matahari (rata – rata)
|
Waktu terbit
Bintang (rata – rata)
|
|
Derajat
|
Jam
|
|||
0o
|
0
|
Sama nilainya
|
06:00 WIB
|
06:00 WIB
|
90o
|
6 jam
|
RA Matahari > RA bintang
|
06:00 WIB
|
0:00 WIB
|
180o
|
12 jam
|
RA Matahari > RA bintang
|
06:00 WIB
|
18:00 WIB
|
270o
|
18 jam
|
RA Matahari > RA bintang
|
06:00 WIB
|
12:00 WIB
|
Khusus untuk
gugus bintang Pleiades dengan posisi RA = 3 jam 47 menit atau 56o
45’, Dec = 24o 7’ (Epoch J2000), pengamatannya akan susah dilakukan
di pertengahan bulan April hingga Juli dengan pertimbangan nilai selisih RA
Pleiades dan Matahari yang terlalu kecil.
Lalu esoknya si
Udin lagi bertanya: cara hitung waktu sebenarnya ?
Lalu ku jawab :
ente banyaq tanya.. baiklah ini pun caranya….
Contoh: Perhitungan pada tanggal
31 Desember 2016
1.
Data yang diperlukan
Tanggal : 31
Bulan : 12
Tahun : 2016
Lintang tempat: -7o 8’ 22,99’’
Bujur tempat : 110o
24’ 18’’ BT
Bujur Daerah :
105
Tinggi tempat :
100 mdpl
RA Alcyone : 3j
47m 29,08dt
: 56o 52’ 16,2’’
Dec Alcyone
: 24° 06′ 18.49″
Proper Motion
RA = 19.34 mas/yr
Proper Motion
Dec = -43.67 mas/yr
2.
Menghitung mean RA dan Dec Alcyone
RA
dan Dec Alcyone yang penulis cantumkan di atas adalah data RA dan Dec Alcyone
pada Epoch J2000. Maksudnya adalah bahwa data RA dan Dec Alcyone tersebut
mengacu pada equinox di tahun 2000 yang jika kita gunakan di tahun sebelum atau
sesudah tahun 2000, data tersebut haruslah dirubah dan disesuaikan dengan
posisi equinox di tahun perhitungan. Hal ini disebabkan karena efek dari
presesi yang mengakibatkan regresi titik vernal equinox sebesar 50’’ pertahun.
Langkah –
langkah merubah RA dan Dec Alcyone J2000 menjadi mean RA dan Dec 31 Desember
2016 adalah sebagai berikut:
a.
Menghitung JD dan t
M = 12, Y = 2016 (karena bulan = 12, maka M =
bulan, Y = tahun)
A = int (Y/100)
= 20
B = 2 + int (A/4)-A
= -13
JD = 1720994,5+int
(365,25 x Y) + int (30,60001 x (M+1)) +B+Tanggal
= 2457753,5
t = ( JD – 2451545,0) / 36525
= 0,169979466
b.
Menghitung RA dan Dec Alcyone Equinox J2000, epoch 31 Desember 2016
( αo dan δo)
Karena proper
motion RA dan Dec menggunakan satuan mas/yr, maka nilai proper motion dibagi 3600000
karena 1 mas (miliar arc second) = 0,001 detik busur = 1 / 3600000 derajat. Dan karena satuan proper motion /yr (per year), maka nilai t (Julian Century) harus dirubah menjadi Julian Year dengan dikali 100.
αo = RA + proper
motion RA / 3600000 x t x 100 (gunakan RA satuan derajat)
= 56o 52’ 16,53’’
δo =
Dec + proper motion Dec / 3600000 x t x 100
= 24o 6’ 17,75’’
c.
Menghitung Koreksi 1
ξ = 2306,2181 x
t +0,30188 x t2 + 0,017998 x t3
= 392,018532’’
= 0,108894037o
z = 2306,2181 x
t + 1,09468 x t2 + 0,017998 x t3
= 392,0414384’’
= 0,1089004o
θ = 2004,3109 x
t - 0,42005 x t2 - 0,041833 x t3
= 340,6793548’’
= 0,094633154o
d.
Menghitung koreksi II
A = cos δo
x sin (αo + ξ)
= 0,765365426
B = cos θ x cos δo x cos (αo + ξ) – sin θ x sin δo
= 0,496735919
C = sin θ x cos δo x cos (αo + ξ) + cos θ x sin δo
= 0,409229999
e.
Menghitung nilai mean RA dan Dec Alcyone pada tanggal 31 Desember
2016
tan (α – z ) = A/B
= 1,540789373
α – z = 57,01570439
Mean RA =
57,01570439 + z
= 57o
7’ 28,58’’
sin δ = C
Mean Dec = 24o 9’ 23,31’’
3.
Menghitung Apparent RA dan Dec Alcyone pada tanggal 31 Desember
2016
Setelah mean RA
dan Dec Alcyone pada tanggal tersebut diketahui, langkah selanjutnya adalah
merubah mean RA dan Dec menjadi Apparent RA dan Dec Alcyone. Dalam hal ini kita
perlu memperhitungkan koreksi nutasi dan aberasi yang dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
a.
Koreksi Nutasi
Penjelasan
nutasi sudah penulis jelaskan di postingan terdahulu mengenai peritungan data
ephemeris Matahari. Untuk koreksi nutasi yang akan penulis =gunakan di sini adalah koreksi nutasi model
low accuracy bukan high accuracy. Untuk hasil yang lebih akurat bisa
menggunakan koreksi nutasi high accuracy seperti yang ada pada postingan
perhitungan data Ephemeris Matahari high accuracy
L = MOD(280,4665+36000,7698
x t;360)
= 279,8581305
L’ = MOD(218,3165+481267,8813
x t;360)
= 303,9740236
Ώ = 125,0445-1934,136261xt+0,0020708
x t^2+ t^3/450000
= -203,7188892
Koreksi nutasi
pada ekliptika :
Δψ = -17,2 / 3600
x SIN (Ώ) -1,32 / 3600 x SIN (2 x L) -0,23
/ 3600
x SIN (2 x L’) + 0,21 / 3600 x SIN (2
x Ώ)
= -6,41’’
Sedangkan
koreksi nutasi pada obliquity adalah
Δε = -9,2 / 3600
x COS (Ώ) - 0,57 / 3600 x COS (2 x L) -0,1 / 3600
x COS (2 x L’) + 0,09 / 3600 x COS (2 x
Ώ)
= -7,79
b.
Menghitung Obliquity ε
εo =
23o 26’ 21,448” – 46,8150’’ x t – 0,00059’’ x t2 +0,001813’’
x t3
= 23o 26’ 13,49”
ε = εo + Δε
= 23o 26’ 5,7”
c.
Mengitung koreksi nutasi pada RA dan Dec
Δα1 = (cos ε + sin ε x sin α x tan δ) x Δψ - (cos α x tan
δ) x Δε
= -0,001375203
Δδ1 = (sin ε x
cos α) x Δψ + (sin α) x Δε
= -0,002201533
d.
Koreksi aberasi
Lo =
280,46645 + 36000,76983 x t + 0,0003032 x
t2
= 279,8580943
M = 357,52910 +
35999,05030 x t – 0,0001559 x t2 – 0,00000048 xt3
= 356,6284463
C = (1,9146-0,004817 x t - 0,000014 x t2) x SIN (M) + (0,019993 –
0,000101 x t) x SIN (2 x M) +
0,00029 x SIN (3 x M)
= -0,114947352
= Lo
+ C
= 279,743147
e = 0,016708617 – 0,000042037 x t – 0,0000001236 x
t2
= 0,016701468
η = 102,93735 +
0,71953 x t + 0,00046 x t2
= 103,0596686
Δα2 = -20,49552
/ 3600 x (cos α x cos θ x cos ε + sin α x sin θ) / cos δ
+ e x 20,49552 / 3600 x (cos α x cos η
x cos ε + sin α x sin η) / cos δ
= 0,004712389
Δδ2 = -20,49552 / 3600 x [cos θ x cos ε x (tan ε x
cos δ – sin α x sin δ)
+ cos α x sin δ x sin θ] + e x
20,49552 / 3600 x [cos η x cos ε
x (tan ε x cos δ – sin α x sin δ) +
cos α x sin δ x sin η]
= -0,001180635
Maka nilai
apparent RA dan Dec Alcyone ( α, δ)
α = mean RA + Δα1 + Δα2
= 57o 7’40,59’’
δ = mean Dec + Δδ1
+ Δδ2
= 24o 9’27,39’’
4.
Menghitung Waktu transit Matahari
pada 31 Desember 2016
Perhitungan
waktu Matahari transit Matahari memerlukan data equation of time.
Perhitungan equation of time sudah penulis bahas di postingan sebelumnya, maka
pada postingan ini penulis tidak menampilkan rumus – rumus perhitungan untuk
mencari data equation of time.
Equation
of time (EoT) = -3m 4dt
Waktu Matahari
transit = 12 – EoT + (BD – BT) /15
= 11:41:26,8
5.
Menghitung selisih RA Alcyone dengan Matahari pada Waktu transit Matahari
pada 31 Desember 2016
Perhitungan
Data RA Matahari sudah penulis bahas pada postingan sebelumnya tentang
perhitungan data ephemeris Matahari. Maka pada postingan ini penulis tidak
mencantumkan rumus – rumus perhitungan Apparent RA Matahari.
Apparent RA
Matahari transit = 280° 48' 25,46''
Selisih
Apparent RA Alcyone dan RA Matahari transit = 136o19’15,13’’
6.
Menghitung Waktu transit Alcyone pada 31 Desember 2016
Waktu transit
Alcyone = Transit Matahari + Selisih RA transit
= 20:46:43,81 WIB
7.
Menghitung Waktu Terbit dan terbenam Alcyone pada 31 Desember 2016
Proses
perhitungan waktu terbit dan terbenam Alcyone sama seperti proses perhitungan
waktu Matahari terbit dan terbenam.
Tinggi Alcyone
terbit / terbenam (h Alcyone)
h Alcyone = - (34 / 60 +30 / 3600 + 1,76 / 60 x √tinggi
tempat )
= -0o52’6’’
Sudut waktu Alcyone
terbit / terbenam (t):
Cos t = -tan LT
x tan δ + sin h Alcyone / cos LT / cos δ
t = 87o44’21,99’’
Waktu terbit Alcyone = Waktu transit Alcyone - t /15
= 14:55:46,34 WIB
Waktu terbenam Alcyone = Waktu transit Alcyone + t /15
= 2:37:41,28 WIB
8.
Menghitung waktu Rashdul Qiblat menggunakan Alcyone
Sebagai
tambagan penulis mencoba menghitungkan rashdul Qiblat dengan menggunakan
bintang Alcyone. Maksudnya adalah menghitung waktu saat nilai azimuth Alcyone
senilai dengan nilai azimuth Qiblat. Maka pada waktu tersebut jika kita
menghadap Alcyone, berarti kita juga sedang menghadap ke arah Qiblat. Langkah –
langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
a.
Menghitung Arah Qiblat
Rumus untuk
menghitung Arah Qiblat:
Cotan Q = Tan
LM x Cos LT / Sin SBMD – Sin LT / Tan SBMD
Dengan data
lokasi seperti yang disebutkan di atas, maka didapatkan nilai Arah Qiblatnya = 65°27'27,46''
UB
b.
Menghitung rumus I Rashdul Qiblat
Cotan A =Sin LT
x TAN Q
A = -74 o 46’ 23,87’’
c.
Menghitung rumsu II Rashdul Qiblat
Cos B = Tan δ x
Cos A / Tan LT
B = 160o 7’ 6,67’’
Nilai δ yang
digunakan pada rumus ini adalah Dec Alcyone.
d.
Menghitung nilai Sudut waktu Alcyone saat azimuthnya senilai dengan
Azimuth Qiblat
tRQ = B + A
= 85o20’42,8’’
e.
Menghitung Rashdul QIblat dengan bintang Alcyone
RQ = Transit
Alcyone + tRQ / 15
= 2:28:6,66 WIB
f.
Tinggi Alcyone pada saat Rashdul Qiblatnya
Sin h = sin LT
x sin δ + Cos LT x Cos δ x Cos tRQ
h =
1o17’43,12’’
::Kesimpulan::
Pada tanggal 31
Desember 2016, pada lokasi dengan Lintang tempat: -7o 8’ 22,99’’, Bujur tempat : 110o 24’
18’’ BT, Bujur Daerah : 105, Tinggi tempat : 100 mdpl,
Alcyone Terbit
pada Pukul = 14:55:46 WIB
Alcyone Transit
pada Pukul = 20:46:44 WIB
Alcyone
Terbenam pada Pukul = 2:37:41 WIB (1 Januari 2017)
::Rashdul Qiblat
Alcyone::
Alcyone berada di
arah Qiblat pada pukul = 2:28:7 WIB (1 Januari 2017)
Dengan ketinggian
= 1o17’43,12’’
Karena
rendahnya tinggi Alcyone dari ufuk maka pada Rashdul Qiblatnya di tanggal 1 Januari
2017, maka Alcyone di tanggal tersebut tidak layak digunakan untuk menentukan
arah Qiblat.
No comments:
Post a Comment