A. Kalender Aritmatik
Kalender adalah suatu system waktu yang merefleksikan daya
dan kekuatan suatu peradaban.[1] Hal
ini dilakukan dengan memberikan nama untuk periode waktu , biasanya hari, minggu, bulan, dan tahun . Nama yang diberikan untuk setiap hari dikenal sebagai tanggal . Periode dalam kalender (seperti tahun
dan bulan) biasanya, meskipun tidak harus, disinkronkan dengan siklus matahari atau bulan Banyak peradaban
dan masyarakat telah menyusun kalender, biasanya berasal dari kalender lain di
mana mereka model sistem mereka, sesuai dengan kebutuhan khusus mereka.[2]
Kalender juga merupakan perangkat fisik (sering kertas).
Ini adalah penggunaan yang paling umum dari kata tersebut. sejenis lainnya
kalender dapat termasuk sistem komputerisasi, yang dapat diatur untuk
mengingatkan pengguna acara mendatang dan janji.
Kalender juga dapat berarti daftar kegiatan yang
direncanakan, seperti kalender pengadilan .
Berdasarkan penggunaanya, kalender-kalender yang yang ada
di dunia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 macam:
a)
Kalender matahari (Solar Kalender)
b)
Kalender Matahari (Lunar Kalender)
c)
Kalender Matahari-Bulan (Lunisolar Kalender)
Selain pembagian seperti diatas, ada pembagian kalender
berdasarkan mudah atau tidaknya perhitungan yang digunakan. Berdasarkan
pembagian ini, kalender diklasifikasikan menjadi 2 yaitu Kalender Aritmatik
dan Kalender Astronomik.[3]
Kalender Islam adalah kalender yang disusun berdasarkan
pergerakan bulan. Kalender Islam sering disebut kalender Qamariyah (lunar
calendar), yang disusun berdasarkan observasi hilal. Sedangkan kalender
aritmatik yaitu disusun berdasarkan perhitungan matematika/aritmetika, bukan
berdasarkan observasi/rukyat.
Kalender aritmatik juga merupakan kalender yang dapat
dengan mudah dihitung karena didasarkan ats rumus dan perhitungan aritmatik.
Contoh dari kalender ini adalah kalender Masehi.
Sebuah kalender aritmatika juga merupakan salah satu
yang didasarkan pada seperangkat aturan ketat; contoh adalah kalender Yahudi
saat ini Seperti kalender juga disebut sebagai kalender berbasis aturan.
Keuntungan seperti kalender adalah kemudahan perhitungan saat tanggal tertentu
terjadi. Kelemahannya adalah akurasi sempurnaLebih jauh lagi, bahkan jika
kalender sangat akurat, akurasinya berkurang perlahan-lahan dari waktu ke
waktu, karena perubahan rotasi bumi.. Hal ini membatasi umur
kalender aritmetik yang akurat untuk beberapa ribu tahun. Setelah itu, aturan
perlu dimodifikasi dari pengamatan yang dilakukan sejak penemuan kalender.
Kalender aritmetik adalah kalender yang tanggal dapat
dihitung hanya dengan cara aritmatika. Secara khusus, tidak
perlu untuk membuat pengamatan astronomi atau mengacu pada pengamatan astronomi
diperkirakan untuk menggunakan kalender tersebut.
Pada Metoda Matematis atau aritmatik ini, penanggalan tetap
menggunakan pendekatan perputaran benda-benda langit, namun menggunakan rusmus
yang sederhana. Jumlah hari dalam sebulan ditentukan banyaknya. Namun, karena
jumlah hari dalam setahun astronomis tidak bulat, maka pecahan-pecahan itu
kemudian dikumpulkan dan ditambahkan menjadi 1 hari di tahun kabisat. Selain
kalender Masehi, kalender Jawa juga menggunakan cara seperti ini. Jumlah hari
dalam satu tahun sudah ditetapkan jumlahnya, sedangkan selisih hari dalam satu
tahun itu dikumpulkan dan ditambahkan dalam tahun kabisat.
Berbeda dengan kalender Hijriyah yang merupakan kalender
astronomis, kalender Jawa- Islam berbasis matematis, tidak presisi terhadap
pergerakan bulan. Oleh sebab itu jika dalam kalender Hijriyah jumlah hari dalam
sebulan tidak pasti apakah jumlahnya 29 atau 30, namun di Kalender Jawa
bulan-bulan telah ditentukan jumlah harinya.
Kalender Gregorian termasuk unit pemerintahan Paskah juga merupakan aritmatika, begitu juga
hari ini kalender Ibrani, tetapi penanggalan Cina bergantung pada (prediksi)
pengamatan bulan dan matahari sehingga tidak aritmatika. Dalam kalender
Gregorian ini 1 siklus sama dengan 4 tahun (1461 hari). Dengan demikian setiap
4 tahun merupakan 1 siklus (1461). Sisitem penanggalan ini dikenal dengan
Sistem Gregorian. System inilah yang berlaku sampai sekarang dan termasuk dalam
kategori kalender Aritmatik.[4]
Kalender Aritmetika
memiliki keuntungan bahwa seseorang dapat bekerja dengan kepastian yang sehari
tanggal tertentu akan jatuh, tetapi memiliki kelemahan tidak sempurna akurat. Selanjutnya, apa yang
mereka lakukan memiliki akurasi akan binasa dari waktu ke waktu karena
perubahan panjang dari mean hari matahari dan siklus astronomi lainnya.
Ada beberapa catatan mengenai kalender
Islam secara aritmetik ini, antara lain: [5]
1. Kalender ini
hanyalah disusun berdasarkan perhitungan aritmetika, bukan berdasarkan
observasi/rukyat atau hisab berkriteria syarat minimal penampakan hilal.
Kalender ini digunakan untuk keperluan sipil sehari-hari atau administrasi,
seperti halnya kalender Ummul Qura yang berlaku di Arab Saudi. Adapun untuk
keperluan ibadah (puasa Ramadhan, Iedul Fitri, haji), maka harus dilakukan
observasi hilal.
2. Terjadinya
perbedaan tanggal antara sistem kalender ini dengan hasil observasi hilal,
sangatlah mungkin. Mungkin saja terdapat perbedaan satu hari. Sebagai
perbandingan, metode konversi Islam - Masehi pada software Accurate Times
buatan Muhammad Odeh (Yordania) juga menyatakan “Date Corversion is NOT based
on Crescent Visibility. One-day difference is possible.”
3. Alasan lain yang
memungkinkan terjadinya perbedaan adalah sistem ini ditetapkan sama untuk
seluruh dunia. Padahal, boleh jadi di 2 tempat yang sangat berjauhan, menurut
observasi hilal tanggal Masehi yang sama menghasilkan tanggal Hijriyah yang
berbeda. Misalnya, tanggal 17 Februari 1980 adalah 1 Rabi’uts Tsani 1400 H di
Los Angeles tetapi di Jakarta masih 30 Rabi’ul Awwal. Ini disebabkan, pada
tanggal 16 Februari 1980 saat matahari terbenam, hilal memungkinkan untuk
dilihat di Los Angeles, tetapi tidak mungkin dilihat di Jakarta.
(Disini, sejumlah faktor eksternal seperti status negeri
Islam atau bukan, mengikuti pendapat Arab Saudi atau negeri Islam terdekat atau
lokal, madzhab otoritas setempat dalam menetapkan bulan baru, tidak ikut
diperhitungkan)
4. Dalam susunan
kalender Islam aritmetik ini, bulan ganjil selalu 30 hari, dan bulan genap
selalu 29 hari (kecuali bulan 12 untuk tahun kabisat). Sudah tentu dalam
realitasnya berdasarkan observasi hilal, bulan ganjil bisa pula 29 hari
sedangkan bulan ganjil bisa pula 30 hari. Tetapi tidak mungkin 28 atau 31 hari.
5. Disini penulis
menyebut urutan tahun kabisat adalah 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, 29.
Urutan ini adalah urutan yang paling sering digunakan orang. Sebagai tambahan,
ada pula variasi urutan tahun kabisat lainnya, seperti tahun 15 menggantikan 16
(Kuwait
algorithm) dan lain-lain.
Sebagai patokan awal, tanggal Islam 1 Muharram 1 H secara
umum disepakati sama dengan hari Jumat 16 Juli 622 M, baik menurut metode
aritmetika maupun menurut observasi. Namun demikian ada catatan, ada pula yang
menetapkan 1 Muharram 1 H adalah Kamis 15 Juli 622 M.
Sedikit penjelasan mengenai soal ini, di Makkah pada Rabu
14 Juli 622 M saat matahari terbenam (sunset), konjungsi sudah terjadi dan
bulan terbenam (moonset) terjadi setelah sunset. Saat sunset, altitude bulan
bernilai positif. Namun, kecilnya altitude hilal dan selisih azimuth
matahari-bulan yang juga kecil saat sunset mengakibatkan kecilnya sudut
elongasi antara matahari-bulan saat sunset sehingga hilal belum memungkinkan
untuk diamati. Barulah pada Kamis 15 Juli maghrib, hilal cukup mudah untuk
dilihat dengan mata sehingga 1 Muharram 1 H ditetapkan pada Jumat 16 Juli 622
M. Soal ini Insya Allah akan dibahas pada kesempatan lain.
B.
Kalender
Astronomis
Ilmu
astronomi, sangatlah berperan dalam kalender. Hal ini bisa dilihat antara lain
dalam menentukan panjang tahunnya, yang menggunakan siklus tropis matahari dan
ada yang menggunakan siklus tropis matahari dan ada yang menggunakan siklus
sinodis bulan.
Siklus
tropis matahari adalah siklus matahari melewati titik Vernal Equinox dua kali
berturut-turut. Untuk mengetahiu panjang siklus tropis matahari rata-rata
(mendekati akurat) bisa dengan menggunakan persamaan dibawah ini, yang
didasarkan pada elemen orbital Laskar:
365d,
2421896698- 0, 00000615359 T- 7,29 x 10-10 T2 +
2,64 x 10-10 T3
Dimana
T = (Julian Day- 2451545.0)/36525
Sedangkan
siklus sinodis bulan adalah siklus dua fase bulan yang sama secara berurutan.
Untuk mengetahui panjang siklus sinodis bulan rata-rata (mendekati akurat) bisa
dengan menggunakan persamaan dibawah ini, yang didasarkan pada teori bulan Chapront
Touze dan Chapront J
29d,
5305888531 +0, 00000021621 T -3, 64 x 10-10 T2
Dimana
T= (Julian Day- 2451545.0)/36525.
Jadi,
Di samping adanya kalender Aritmatik seperti yang sudah dijelaskan diatas, ada
juga kalender Astronomis yang merupakan pembagian kalender berdasarkan dengan
mudah atau tidaknya perhitungan.
Sebuah kalender astronomi didasarkan pada pengamatan
yang berkelanjutan; contoh adalah kalender Islam agama dan Yahudi kalender
agama tua di masa Bait Suci Kedua Seperti kalender juga disebut sebagai berbasis
kalender observasi. Keuntungan seperti kalender adalah bahwa hal itu
benar dan terus-menerus akurat. Kerugiannya adalah bahwa bekerja ketika tanggal
tertentu akan terjadi adalah sulit. [6]
Kalender Astronomik juga merupakan kalender yang didasarkan
pada perhitungan astronomi, yang perhitungannya jelas lebih sulit. Contoh
kalender Astronomik adalah kalender Hijriyah dan Cina. Kalender cina (imlek)
ini berasal dari zaman dinasti He, tahun 2205-1766 SM. Kalender ini termasuk
dalam kategori kalender bulan dengan diadakannya penyisipan bulan. Dan pada
tahun 1644 M, kalender cina memakai teori astronomi modern yang akhirnya
konsep-konsep astronomi barat terkenal dan sampai sekarang pergantian awal bulan
dalam kalender awal bulan berdasarkan hari terjadinya saat konjungsi hakiki
(Astronomical New Moon).[7]
Penanggalan Metode Astronomis ini didasarkan pada posisi
benda langit saat itu. Sebagai contoh penanggalan Hijriah. Untuk menentukan
tanggal satu kita harus melihat bulan sabit. Dan karena lamanya bulan
mengelilingi bumi 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik, maka akibatnya jumlah hari
dalam sebuah bulan pada penaggalan Hijriah menjadi tidak tentu, kadang 29 dan
kadang 30. Karena perputaran benda langit bisa dihitung, maka saat ini dengan
penghitungan kita bisa menentukan berapa hari jumlah bulan pada bulan dan tahun
tertentu. Namun penghitungannya tidak sesederhana kalender yang menggunakan
penghitungan matematis.
Berbeda dengan penanggalan Masehi maupun Jawa yang
matematis, kalender Hijriyah dibangun berdasarkan fakta Astronomis. Orang harus
melihat langit untuk menentukan tanggal. Petunjuk yang diberikan Nabi SAW dalam
melihat tanggal satu adalah dengan melihat bulan sabit di langit. Karena bukan
berbasis penghitungan itulah yang membuat kalender Hijriyah tidak perlu
melakukan koreksi sebagaimana kalender Masehi dan Jawa.
Jika saat matahari terbenam di ufuk barat kita bisa melihat
bulan sabit maka saat itulah terjadi pergantian bulan. Malam itu sudah dihitung
tanggal 1. Berbeda dengan penanggalan Masehi dimana pergantian tanggal dimulai
tengah malam, dalam penanggalan Hijriyah pergantian tanggal dimulai setelah
matahari terbenam.
Meskipun penanggalan Hijriyah adalah fakta astronomis,
bukan berarti kita tidak bisa membuat kalender berbasis penanggalan Hijriyah.
Perputaran benda-benda langit dibuat sangat teratur oleh Allah SWT sehingga
bisa kita hitung (hisab).[8]
Firman Allah :
Dia-lah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.
(QS
10:5)
Satu-satunya cara dalam membuat kalender Hijriyah adalah
dengan penghitungan (hisab) astronomis. Tidak seperti penanggalan matematis
yang gampang, penghitungan kalender Hijriyah sangat rumit, karena harus
menghitung posisi matahari, bumi, dan bulan untuk menghitung kriteria
kenampakan bulan sabit.
Namun demikian timbul masalah baru terkait dengan matla (tempat observasi
bulan). Karena posisinya bisa jadi bulan sudah nampak di Saudi namun belum di
Indonesia. Oleh sebab itu pembuatan kalender itupun masih menyisakan masalah.
Oleh sebab itu beberapa kalender Hijriyah tidak
berani menyebutkan bahwa tanggal yang dicantumpan sudah pasti karena bisa jadi
fakta kenampakan bulan sabit di titik A tidak sama dengan di titik D.[9]
[1]
Ilyas, The Quest for a Unified Islamic Calender , Malaysia: International Islamic
Calender Programme, 2000 hal 15
[2]http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://calendars.wikia.com/wiki/Arithmetic_calendar,
diakses hari selasa jam 10.30
[3]
Shofiyullah, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda, 2006, hal 04
[4]
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2004 hal 105
[5] http://ifile.it/y1otm04,
diakses hari kamis jam 11.00
[6]
Ibid
[7]
Shofiyullah, Opcit hal 07
[8]
http://planet.qwords.com/category/kalender/,
diakses hari senin jam11.30
[9]
Ibid
No comments:
Post a Comment