"Supermoon" adalah istilah yang ditujukan untuk
sebuah peristiwa saat bulan purnama berada pada jarak terdekat
dengan Bumi (berada pada perigee), yang demikian akan
menyebabkan Bulan akan terlihat sedikit lebih besar dari biasanya. Fenomena
Bulan purnama merupakan satu penyebab terjadinya pasang-surut air laut dan
pergeseran kerak Bumi sehingga banyak yang mengira bahwa
fenomena supermoon mungkin bisa
meningkatkan resiko bencana alam seperti
gempa bumi dan letusan gunung berapi. Namun, bukti hubungan supermoon dengan bencana
alam tersebut secara luas dianggap
tidak meyakinkan.[1]
Istilah “Supermoon” diciptakan oleh peramal
Nolle Richard pada
tahun 1979, yang didefinisikan sebagai:
“Bulan baru atau Bulan purnama yang terjadi saat Bulan berada pada atau mendekati (90% dari) posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya (perigee). Singkatnya, Bumi, Bulan dan Matahari dalam satu baris, dengan Bulan berada pada posisi terdekatnya ke Bumi.”[2]
“Bulan baru atau Bulan purnama yang terjadi saat Bulan berada pada atau mendekati (90% dari) posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya (perigee). Singkatnya, Bumi, Bulan dan Matahari dalam satu baris, dengan Bulan berada pada posisi terdekatnya ke Bumi.”[2]
Istilah supermoon tidak diterima secara luas. Astronomi atau ilmu pengetahuan lebih memilih istilah
perigee-syzygy. Dalam
astronomi, syzygy adalah sebuah
susunan segaris lurus dari tiga benda langit dalam
sistem gravitasi. Kata ini sering
ditujukan pada Matahari, Bumi dan Bulan atau planet,
saat oposisi dan konjungsi. Gerhana matahari dan gerhana bulan juga terjadi
pada saat-saat syzygy, seperti
halnya transit dan okultasi. Istilah ini juga diterapkan untuk setiap peristiwa bulan baru atau bulan
purnama, yaitu ketika matahari
dan bulan sedang konjungsi atau oposisi, meskipun
keduanya tidak tepat pada satu baris dengan Bumi. Kata syzygy juga
sering digunakan untuk menggambarkan
konfigurasi menarik dari planet pada umumnya. Sebagai
contoh, peristiwa yang terjadi
pada 21 Maret 1894 sekitar pukul
23.00 WIB, ketika
terjadinya transit Merkurius jika dilihat dari Venus, dan transit
Merkurius dan Venus jika dilihat dari
Saturnus. Syzygy juga digunakan untuk menggambarkan situasi ketika semua planet berada pada sisi yang sama dari Matahari meskipun planet-planet tersebut dan matahari belum tentu dalam garis lurus, seperti pada tanggal 10
Maret 1982.
Pada saat konjungsi dan oposisi Bulan terhadap
Matahari, bagian Bumi yang menghadap Bulan dan sebaliknya mengalami pasang.[3] Sedangkan bagian Bumi yang
berada di antara kedua sisi tersebut (sisi yang menghadap Bulan dan
sebaliknya), akan mengalami surut. Pada saat Bulan berada pada titik
terdekatnya dengan Bumi, gravitasi Bulan menjadi sangat besar, sehingga gaya
pasang surut air laut akan semakin besar bahkan lebih besar dari biasanya. Menurut kabar yang beredar, supermoon pada tanggal 19 Maret 2011 menyebabkan
kandasnya lima kapal di Solent di Inggris. Kelima kapal itu tidak bisa berlayar
karena rendahnya gelombang surut air laut.[4]
# Penyebab terjadinya Supermoon
# Is Supermoon Dangerous?
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa fenomena
supermoon memiliki hubungan sebab akibat yang lemah dengan terjadinya gempa
bumi yang kecil. Dan juga tidak
ditemukan bukti bahwa supermoon mengakibatkan gempa Bumi yang besar.[11] Gempa
bumi dan tsunami Tohoku pada
tahun 2011 adalah satu-satunya gempa bumi yang terjadi 2 minggu
setelah terjadinya supermoon. Jika memang fenomena supermoon mempunyai hubungan
sebab-akibat dengan terjadinya gempa bumi, seharusnya pada tanggal 4 Januari
1912 terjadi gempa bumi yang lebih dahsyat dari gempa bumi di Tohoku, karena
jarak perigee Bulan pada tanggal 4 Januari 1912 lebih dekat daripada jarak
perigee Bulan pada tahun 2011, yaitu 356.375 km.[12] Namun
kenyataannya pada bulan Januari 1912 tidak terjadi gempa bumi yang sangat
dahsyat.[13] Sehingga klaim yang mengatakan bahwa supermoon mempunyai sebab
langsung terhadap gempa bumi tidak dibenarkan.
- Menghitung Saat terjadinya Supermoon
Seperti yang telah
dijelaskan di atas bahwa terjadinya supermoon adalah saat fase Bulan purnama
dan posisi Bulan berada di perigee-nya (titik terdekatnya) dengan Bumi. Sekarang
setelah tahu sekilas tentang supermoon, mari kita lanjutkan dengan menghitung saat
Bulan berada di perigee...^_^ (are you ready...!?)
Silahkan buka lagi buku Astronomical
Algorithms Chapter 48. Perhitumgan pada chapter ini adalah untuk mengetahui
perkiraan waktu saat Bulan berada pada jarak minimumnya ke Bumi. Rumus-rumus
yang disajikan merupakan rumus yang diambil dari Chapront’s Lunar Theory
ELP-2000/82 yang beberapa rumusnya telah disempurnakan oleh Jean
Meeus..(wow..^_^).
Untuk
mengetahui kapan terjadinya Supermoon, pertama-tama kita harus menghitung kapan
Bulan berada di perigee
Contoh: Menghitung
saat Bulan berada di perigee pada Mei 2012. langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung k
K = INT((Tahun + Bulan / 12 -
1999,97)*13,2555)
K = INT((2012 + 5 / 12 - 1999,97)*13,2555)
K = INT((2012 + 5 / 12 - 1999,97)*13,2555)
=
164
2. Menghitung T
T = k / 1325,55
= 164
/ 1325,55
=
0,123722229
3. Menghitung waktu rata-rata saat Bulan
berada di Perigee menggunakan Julian
Day
Ephemeris
JDE = 2451534,6698 +27,55454988 *k -0,0006886
*T^2 -0,000001098
*T^3 +0,0000000052 *T^4
= 2451534,6698 +27,55454988 *164 -0,0006886 *0,123722229^2
-0,000001098 *0,123722229^3 +0,0000000052 *0,123722229^4
JDE = 2456053,616
4. Menghitung elongasi rata-rata Bulan pada
saat JDE
D = 171,9179 +335,9106046 *k -0,010025 *T^2 -0,00001156 *T^3
D = 171,9179 +335,9106046 *k -0,010025 *T^2 -0,00001156 *T^3
+0,000000055 *T^4
=
171,9179 +335,9106046 *164 -0,010025 *0,123722229^2 -0,00001156
*0,123722229^3
+0,000000055 *0,123722229^4
= 181,2569009
derajat
=
3,163529713 radian
5. Menghitung Anomali rata-rata Matahari
M = 347,3477 +27,1577721 *k -0,0008323 *T^2 -0,000001
*T^3
= 347,3477
+27,1577721 *164 -0,0008323 *0,123722229^2 -0,000001
*0,123722229^3
=
121,2223117 derajat
=
2,1175728465 radian
6. Menghitung Argumen lintang Bulan
F = 316,6109 +364,5287911 *k -0,0125131 *T^2 -0,000148
*T^3
= 316,6109
+364,5287911 *164 -0,0125131 *0,123722229^2 -0,000148
*0,123722229^3
=
339,3324486 derajat
=
5,922468487 radian
7. Menghitung Periodic Terms (koreksi) pada
tabel 48.A
Koreksi = -1,6769 *SIN (2*D) +0,4589 *SIN (4*D)
-0,1856 *SIN (6*D) +0,0883 *SIN (8*D)
-(0,0773 +0,00019 *T) *SIN (2*D -M)
+(0,0502 -0,00013 *T) *SIN (M)
-0,046 *SIN (10*D) +(0,0422 -0,00011
*T) *SIN(4*D-M)
-0,0256 *SIN (6*D-M) +0,0253 *SIN (12*D)
+0,0237
*SIN (D) +0,0162 *SIN (8*D-M)
-0,0145
*SIN (14*D) +0,0129 *SIN (2*F)
-0,0112
*SIN (3*D) -0,0104*SIN (10*D-M)
+0,0086 *SIN (16*D) +0,0069 *SIN (12*D-M)
+0,0066 *SIN (5*D) -0,0053 *SIN (2*D+2*F)
-0,0052 *SIN (18*D) -0,0046 *SIN (14*D-M)
-0,0041 *SIN (7*D) +0,004 *SIN (2*D+M)
+0,0032 *SIN (20*D) -0,0032 *SIN
(D+M)
+0,0031 *SIN (16*D-M) -0,0029 *SIN (4*D+M)
+0,0027 *SIN (9*D) +0,0027 *SIN (4*D+2*F)
-0,0027 *SIN (2*D-2*M) +0,0024 *SIN (4*D-2*M)
-0,0021 *SIN (6*D-2*M) -0,0021
*SIN(22*D)
-0,0021 *SIN (18*D-M) +0,0019 *SIN
(6*D+M)
-0,0018 *SIN (11*D) -0,0014 *SIN(8*D+M)
-0,0014 *SIN (4*D-2*F) -0,0014 *SIN (6*D+2*F)
+0,0014 * SIN (3*D+M) -0,0014 *SIN
(5*D+M)
+0,0013 *SIN (13*D) +0,0013 *SIN (20*D-M)
+0,0011 *SIN (3*D+2*M) -0,0011 *SIN (4*D+2*F-2*M)
-0,001
*SIN (D+2*M) -0,0009 *SIN(22*D-M)
-0,0008 *SIN (4*F) +0,0008 *SIN(6*D-2*F)
+0,0008 *SIN (2*D-2*F+M) +0,0007 *SIN
(2*M)
+0,0007 *SIN (2*F-M) +0,0007 *SIN (2*D+4*F)
-0,0006 *SIN (2*F-2*M) -0,0006 *SIN (2*D-2*F+2*M)
+0,0006 *SIN (24*D) +0,0005 *SIN (4*D-4*F)
+0,0005 *SIN (2*D+2*M) -0,0004 *SIN
(D-M)
Koreksi = 0,032541684 hari
8. Menghitung saat Bulan di Perigee dengan
menggunakan Julian Day Ephemeris
terkoreksi
JDEperigee = JDE + Koreksi
= 2456053,616 + 0,032541684
= 2456053,649
9.
Menghitung Delta T
Delta T =
((102,3 + 123,5 * T+ 32,5 * T^2)/3600)
= ((102,3 + 123,5 * 0,123722229 + 32,5 * 0,123722229^2)/3600)
= 0,032799216 jam
= 0,001366634 hari
14. Menghitung
JDE Universal Time (UT)
JDE (UT)
= JDE (TDT) - Delta T
= 2456053,649 - 0,001366634
= 2456053,647
15.
Mengkonversi JDE (UT) menjadi Waktu Lokal
Metode
konversi JD menjadi Gregorian ini hasilnya valid walaupun untuk menghitung
tahun “negatif” (sebelum masehi). Caranya, tambahkan JD dengan 0,5. Z adalah
hasil integernya dan F adalah hasil fraction atau desimalnya.
JDE UT + 0,5
= 2456053,647 + 0,5
= 2456054,148511461
Z = 2456054
F
= 0,148511461
Jika hasil Z < 2299161, maka A = Z, namun
jika Z lebih ataupun sama dengan 2299161, maka menghitung:
α
= INT ((Z -1867216,25)/ 36524,25)
= 16
A = Z + 1 + α
– INT(α/4)
= 2456054 + 1 + 16 -4
= 2456067
Kemudian
menghitung:
B
= A + 1524
= 2457591
C
= INT((B – 122,1)/365,25)
= 6728
D
= INT(365,25 * C)
= 2457402
E
= INT((B – D)/30,6001)
= 6
- Tanggal dan jam saat Bulan
berada pada perigee bisa diketahui dengan menghitung rumus di bawah ini,
hasil integernya adalah tanggal dan hasil fraction atau desimalnya adalah
jamnya
Dy = B – D – INT(30,6001 * E) + F
= 2457591 – 2457402 – INT(30,6001 * 6) + 0,148511461
= 6,148511461
Tgl = 6
Jam = 0,148511461 * 24
= 3 : 33 : 51 UT
- Bulan (m) saat Bulan pada perigee bisa diketahui dengan
Jika E < 14, maka m = E -1
Jika E = 14 atau 15, maka m = E -13
Karena E = 6,
maka:
m
= 6 -1
= 5 (Mei)
- Tahun saat Bulan berada pada perigee bisa diketahui dengan menghitung
Jika m > 2, maka y = C – 4716
Jika m =1 atau 2, maka y = C – 4715
Karena m = 5, maka:
Y
= C – 4716
= 6728 – 4716
= 2012
Jadi Bulan
berada pada perigee-nya pada tanggal 6 Mei 2012 jam 3 : 33 : 51 UT atau,
6 Mei 2012 jam 10 : 33 : 51 WIB dengan Jarak Bumi-Bulan ± 356.954,0 km. Dan ternyata pada tanggal
tersebut, Bulan juga sedang dalam fase oposisi, yaitu pada pukul 3 : 36 : 12 UT
/ 10 : 36 : 12 WIB.[14] Maka
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 6 Mei 2012 terjadi
fenomena Supermoon...^_^
[1] http://news.discovery.com/earth/super-moon-earthquake-no-link-110318.html
[2] Richard Nolle, Supermoon, Astropro. Tth.
[3] Plait, Phil (2008). "Tides, the Earth, the Moon, and why our days are getting longer”, Bad Astronomy
[2] Richard Nolle, Supermoon, Astropro. Tth.
[3] Plait, Phil (2008). "Tides, the Earth, the Moon, and why our days are getting longer”, Bad Astronomy
[4] http://www.telegraph.co.uk/science/space/8395123/Supermoon-blamed-for-stranding-five-ships-in-Solent.html
[6] Di dalam fisika, hukum
kuadrat terbalik atau hukum kuadrat kebalikan atau hukum kuadrat invers, adalah
hukum fisika yang menyatakan besarnya suatu kuantitas atau kekuatan
fisika berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber pemancarnya. Hukum kuadrat terbalik umumnya berlaku ketika
suatu gaya, energi, atau kuantitas kekal lainnya dipancarkan secara radial dari
sumbernya. Karena luas permukaan sebuah bola (yang besarnya) sebanding dengan kuadrat jari-jari, maka semakin jauh
kuantitas tersebut dipancarkan dari sumber, semakin tersebar dalam sebuah
daerah yang sebanding dengan kuadrat jarak dari sumber. Dengan demikian,
kuantitas yang melewati satu satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak dari sumber.
[9] Paquette, Mark (March 1, 2011). "Extreme
Super (Full) Moon to Cause Chaos?" Astronomy
Weather Blog. AccuWeather
[10] Plait, Phil (March 11, 2011). "No,
the 'supermoon' didn't cause the Japanese earthquake". Discover
Magazine
[11] Fuis, Gary. "Can the position of the moon or the planets
affect seismicity?", U.S. Geological Survey: Earthquake Hazards Program
[13]
http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqarchives/year/mag8/magnitude8_1900_date.php
[14] Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan kapan
terjadinya oposisi Bulan, silahkan baca postingan penulis mengenai Mencari Kapan Terjadinya Full Moon
No comments:
Post a Comment